Daerah

Siswi SMAN 2 Takalar Jadi Korban Hukuman Kejam, Orang Tua Ngamuk!

×

Siswi SMAN 2 Takalar Jadi Korban Hukuman Kejam, Orang Tua Ngamuk!

Sebarkan artikel ini
Siswi SMAN 2 Takalar Jadi Korban Hukuman Kejam, Orang Tua Ngamuk!
Orang tua Murid, Kepsek SMA 2 dan Wali kelas

Gerbangsulsel.com– Dunia pendidikan di Kabupaten Takalar kembali diguncang skandal. Seorang siswi kelas XII IPS 1 UPT SMAN 2 Takalar, Mei Khumairah, diduga menjadi korban perundungan dan hukuman ekstrem yang dijatuhkan wali kelasnya sendiri, Hj. Martini.

Insiden itu terjadi saat upacara bendera pada Senin, 25 Agustus 2025. Mei datang terlambat bersama puluhan siswa lain.

Namun, perlakuan yang diterimanya justru jauh berbeda: hanya dirinya yang dipaksa berdiri di bawah terik matahari selama berjam-jam, sementara siswa lain langsung diperbolehkan masuk ke kelas.

Orang tua korban, Rahman Daeng Ta’le, meledak marah.

“Saya sangat kecewa. Ini bukan pendidikan, ini penyiksaan. Anak saya dipermalukan di depan teman-temannya,” ujarnya dengan nada geram, Jumat (29/8/2025).

Amarah Rahman kian memuncak saat ia mencoba meminta klarifikasi ke sekolah.

Bukannya mendapat jawaban bijak, wali kelas Hj. Martini justru menantangnya.

“Silakan lapor polisi kalau tidak terima. Saya juga punya banyak keluarga di hukum,” kata Martini dengan nada tinggi, sebagaimana ditirukan Rahman.

Tak ingin masalah ini dianggap remeh, keluarga korban resmi melapor ke Polres Takalar dan menegaskan tidak akan menempuh jalur damai.

“Ini bukan sekadar masalah pribadi. Ini soal keselamatan dan martabat anak-anak di sekolah. Saya tidak mau kejadian ini terulang,” tegas Rahman.

Lebih mengejutkan lagi, menurut pengakuan salah seorang guru, beberapa guru sempat berusaha menghentikan hukuman itu, tapi diabaikan. Bahkan Hj. Martini disebut berkata: “Biar sampai pingsan.”

Mei yang kelelahan akhirnya pulang lebih awal dan melaporkan peristiwa memilukan itu kepada orang tuanya.

Kasus ini tak hanya menyeret nama Hj. Martini. Kepala UPT SMAN 2 Takalar, Abd. Rauf, ikut disorot karena dianggap lalai mengawasi bawahannya.

Desakan pencopotan pun menyeruak, apalagi sebelumnya sekolah ini juga pernah diterpa isu pemotongan dana bantuan siswa.

“Sekarang anak kami diperlakukan seperti tahanan. Cukup sudah. Kepala sekolah harus ikut bertanggung jawab,” kata Rahman dengan nada penuh emosi.

Sorotan publik kini mengarah ke Dinas Pendidikan Sulsel. Kadisdik, Andi Iqbal Najamuddin, saat dikonfirmasi mengaku belum menerima laporan resmi, tapi berjanji segera turun tangan.

“Saya akan kroscek langsung ke lapangan untuk memastikan kebenaran informasi ini,” ujarnya, Rabu (27/8/2025).

Sementara itu, Kepala UPT SMAN 2 Takalar, Abd. Rauf, mengklaim pihak sekolah sudah mencoba menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan.

Ia berjanji akan memberi sanksi pada Hj. Martini jika terbukti melanggar etika pendidikan.

“Kami akan rapat internal dan mengambil langkah tegas bila ada pelanggaran,” katanya.

Namun hingga berita ini diturunkan, Hj. Martini masih bungkam. Saat dihubungi, ia hanya menjawab singkat bahwa dirinya sedang mengajar.

Kasus ini membuat banyak orang tua resah. Mereka menilai sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman dan mendidik, kini justru berubah menjadi tempat menakutkan

Editor : Darwis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kasus Korupsi Masjid di Kolut, Mantan Sekda Taufik Terseret
Daerah

Gerbangsulsel.com– Kejaksaan Negeri Kolaka Utara (Kejari Kolut) menetapkan mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Kolaka Utara, Taufik, sebagai tersangka dugaan korupsi dana pembangunan Masjid Desa Patikala. Selain Taufik, dua orang lain berinisial…