Daerah

September Hitam UHO, Ketika Suara Mahasiswa Dibayar dengan Darah

×

September Hitam UHO, Ketika Suara Mahasiswa Dibayar dengan Darah

Sebarkan artikel ini
September Hitam UHO, Ketika Suara Mahasiswa Dibayar dengan Darah
mahasiswa Fakultas Peternakan UHO kembali menggelar peringatan sederhana namun penuh makna

Gerbangsulsel.com– Bulan September kembali membawa duka yang tak pernah usai bagi masyarakat Sulawesi Tenggara, khususnya civitas akademika Universitas Halu Oleo (UHO). Jumat (26/9/2025)

Ingatan akan tragedi September Hitam 2019 terus membekas. Saat itu, dua mahasiswa UHO, Himawan Randi dan Muhammad Yusuf Kardawi, gugur ketika menyuarakan aspirasi rakyat dalam aksi demonstrasi menolak kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat.

Kematian mereka bukan sekadar kehilangan bagi keluarga tercinta, tetapi juga menjadi luka mendalam bagi dunia pendidikan dan demokrasi Indonesia.

Peristiwa ini menjadi pengingat pahit: bahwa kebebasan berpendapat dan menyampaikan kebenaran masih sering dibayar mahal dengan darah dan nyawa.

HAM dan Makna September Hitam

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak mendasar setiap individu: hak hidup, berpendapat, dan menyampaikan aspirasi.

Namun, tragedi September Hitam menunjukkan rapuhnya perlindungan HAM di negeri ini, ketika suara kritis justru dibungkam dengan kekerasan.

Bagi mahasiswa, September Hitam menjadi simbol perjuangan menegakkan demokrasi.

Ia bukan hanya peringatan, tetapi juga refleksi tahunan agar tragedi serupa tidak pernah terulang.

Doa dan Renungan di Fakultas Peternakan UHO

Tahun ini, mahasiswa Fakultas Peternakan UHO kembali menggelar peringatan sederhana namun penuh makna.

Acara diisi dengan doa bersama, pembacaan puisi, orasi ilmiah, hingga lantunan lagu perjuangan. Lilin dinyalakan, doa dipanjatkan, dan nama Randi serta Yusuf kembali disebut dalam haru.

“Kami hadir untuk mengenang dan mendoakan almarhum. Perjuangan Himawan Randi dan Muhammad Yusuf Kardawi adalah amanah yang harus kami lanjutkan. September Hitam adalah simbol agar mahasiswa tidak pernah diam terhadap ketidakadilan,” ungkap salah satu peserta acara.

Doa untuk Randi dan Yusuf

Sebagai penghormatan, doa bersama dipanjatkan untuk kedua almarhum:

“Allahummaghfirlahuma warhamhuma wa’afihima wa’fu ‘anhuma. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa almarhum Himawan Randi dan Muhammad Yusuf Kardawi, lapangkanlah kuburnya, terimalah amal kebaikannya, dan tempatkanlah mereka di sisi-Mu yang mulia. Jadikanlah pengorbanan mereka sebagai cahaya perjuangan bagi bangsa ini.”

Harapan ke Depan

September Hitam bukan sekadar kenangan pahit, tetapi refleksi kolektif bagi bangsa. Negara dituntut lebih serius menegakkan HAM, melindungi kebebasan berekspresi, serta memastikan tragedi serupa tak lagi terulang.

Bagi mahasiswa, amanah perjuangan itu tetap hidup. Doa untuk Randi dan Yusuf terus menggema, sementara semangat mereka menjadi inspirasi abadi: bahwa keadilan harus diperjuangkan, meski jalan itu penuh risiko.

Editor : Darwis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konflik Tanah, dr Paulus Divonis 2 Tahun di PN Medan
Daerah

Gerbangsulsel.com-Di bawah pengawalan ketat petugas keamanan, Pengadilan Negeri (PN) Medan pada Selasa sore (23/9/2025) menggelar sidang pembacaan putusan terhadap terdakwa dr. Paulus dalam kasus pengrusakan pagar seng milik warga. Sidang…