Gerbangsulsel.com– Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang pemerintah sebagai terobosan peningkatan gizi anak sekolah justru berubah jadi bencana.
Hingga Jumat (26/9/2025), jumlah siswa yang dilaporkan keracunan akibat program ini sudah tembus 7.368 orang.
Data terbaru dirilis oleh Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) pukul 21.00 WIB.
Angka ini melonjak tajam dari laporan sebelumnya dan menunjukkan kegagalan besar dalam tata kelola MBG.
Founder sekaligus CEO CISDI, Diah Saminarsih, menegaskan pemerintah harus segera menghentikan sementara program tersebut.
“Dengan adanya korban yang jumlahnya sudah 7.368, kami mendorong pemerintah melakukan moratorium atau pemberhentian sementara,” ujarnya dalam siaran Kompas TV, Sabtu (27/9/2025).
Menurut Diah, moratorium penting agar anggaran MBG bisa dialihkan untuk membenahi tata kelola, memperkuat regulasi, hingga meningkatkan pengawasan kualitas makanan di lapangan.
“Kalau tidak, korban akan terus berjatuhan,” tegasnya.
Bandung Barat Jadi Episentrum Keracunan
CISDI mencatat, keracunan MBG sudah menyebar ke 52 kabupaten/kota di Indonesia. Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mencatat jumlah korban terbanyak dengan 1.333 siswa sakit hanya di wilayah Pongkor.
Diah bahkan menduga jumlah korban sebenarnya lebih besar, mengingat belum semua daerah melakukan pencatatan maksimal.
Sementara itu, Badan Gizi Nasional (BGN) sebelumnya melaporkan sejak Januari hingga September 2025 terdapat 5.914 kasus keracunan MBG.
Rinciannya melonjak pada Agustus (1.988 kasus) dan September (2.210 kasus), sementara Maret dan Juni nihil laporan.
Air Mata Pejabat BGN
Penyebab keracunan massal ini dipastikan berasal dari bakteri berbahaya seperti E. coli, Staphylococcus aureus, Salmonella, hingga Bacillus cereus yang ditemukan pada air, nasi, tempe, ayam, hingga mie.
Bahkan, beberapa sumber air dilaporkan tercemar coliform, Klebsiella, hingga Proteus.
Tragisnya, Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, tak kuasa menahan air mata saat mengakui kelemahan lembaganya dalam mengawasi program ini.
“Kami mengaku salah atas insiden pangan ini. Sewaktu anak sakit, itu tanggung jawab kami. Kesalahan kami sebagai pelaksana harus diperbaiki total,” ucap Nanik di Kantor BGN, Jumat (26/9/2025).
Meski demikian, Nanik tetap menekankan bahwa MBG tidak boleh dihapus, melainkan harus dievaluasi total agar tragedi keracunan massal tidak kembali terulang.
Editor : Darwis